MOTIVATION LETTER

 

Hai sobat semua, baik yang berbahagia maupun dalam keadaan yang kurang berbahagia. Dalam kesempatan ini, aku mau bercerita sedikit kepada kalian. Tak banyak banyak karena memang essay ini saya buat dikarenakan tugas semata. Selebihnya juga karena saya ingin memulai hal baru serta mencobanya demi kelangsungan perkembangan pribadi saya. Tentang apakah ini, di judul blog ini pasti telah tertera kan isinya tentang apa :v

Agama adalah sebagai bentuk keyakinan, pegangan, serta pedoman. Agama bagi seorang manusia adalah sebuah cahaya di tengah ruang gelap gulita. Menerangi jiwa jiwa yang haus akan kasih sayang dari Tuhannya. Agama sebagai cara dunia mengungkapkan bahwa ada pencipta yang menciptakan alam semesta ini semua.

Dalam setiap agama, pasti telah diterangkan cara menyayangi diri sendiri bagi manusia, yaitu dengan cara lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya. Jika dalam islam, banyak sekali hal yang bisa dilakukan. Misal memperbanyak sholat sunnah, membaca sholawat, membaca Qur’an, rajin bersedekah, dan banyak lainnya.

Hal positif lainnya yang saya lakukan demi mewujudkan bentuk sayang saya terhadap diri sendiri yaitu dengan melakukan hal hal yang membuat saya bahagia. Hal sederhana saja. Karena memang menurut saya bahagia itu sederhana. Seperti, pergi jalan jalan sekedar untuk jogging, kemudian melihat pemandangan hamparan sawah yang luas serta gunung yang menjulang tinggi di langit itu bisa membuat saya bahagia. Disana saya bisa mengungkapkan keluh kesah saya. Pada alam yang terbuka, saya bisa merasakan sebagian kecil bentuk kasih sayang Tuhan pada hambanya.

Syukur saya ucapkan, karena saya telah tersadar dari terjajahnya diri saya oleh hawa nafsu. Dulunya, saya merasa sayalah manusia paling sial dan paling tak diuntung didunia. Sudah bego alias gobl*k. Paras pas pasan bahkan bisa dibilang jelek. Kemudian terlahir dari keluarga yang kurang mampu pula. Pikir saya waktu itu, Tuhan tak pernah adil. Apa keadilan yang saya dapatkan? Banyak diluaran sana yang sudah pinter, cantik, kaya lagi. Udah komplit amat. Tapi saya secuil dari nikmat itupun tak saya dapatkan. Itu pikirku dulu, saat wangsit/ hidayah itu belum tiba.

Hingga akhirnya, saya baru sadar, saya selalu saja menoleh keatas, tanpa pernah menoleh kebawah. Jauh diluaran sana yang lebih menderita dibanding saya. Tapi mereka enjoy saja, karena memang sejatinya bahagia tak datang dari para, maupun materi. Melainkan hati yang gembira serta berseri. Itu salah satu kunci. Paras indah, harta banyak, tapi keluarga ambyar alias bubar, harta itu tak akan lagi bisa membahagiakannya.

Wangsit itu menghampiri saya ketika saya telah lulus SMA, dan mulai melihat dunia luar. Tak seperti perkiraan, itu kesan pertama saya. Selanjutnya, setiap iringan langkah saya akan selalu digandeng serta didampingi oleh ilmu agama. Karena memang itulah satu satunya cara saya mengontrol serta mengondisikan diri saya, baik wujud lebih lebih batin saya.

Peran serta agama  dalam hidup saya laksana air dengan wadahnya. Air akan selalu membutuhkan wadah, karena tanpa wadah air akan kocar kacir, rusak bahkan hilang sebab meresap. Namun ingat, wadah tak akan pernah membutuhkan air, karena tanpa airpun, wadah akan tetap jadi wadah, hingga kapanpun itu. Dan manusia itu berperan sebagai airnya, sedang agama sebagai wadahnya.

Jadi dapat disimpulkan dalam merawat diri saya sendiri yaitu saya lakukan dengan banyak banyak mendekatkan diri pada sang pencipta, karena memang itulah kebutuhan rohani saya. Serta sesekali saya bahagiakan diri dengan cara merawat tubuh ini serta membawanya ke tempat tempat yang menyejukkan hati.

 

 

Nama               : Anita Hayatun Nufus

NIM                : 205110700111038

Fakultas           : FIB

Prodi               : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas      : Universitas Brawijaya

Kluster                        : 53

 

Komentar